FRP vs Material Tradisional, Mana yang Lebih Unggul untuk Proyek?

Jenis material adalah hal pokok ketika Anda merancang struktur bangunan. Kayu dan baja sering digunakan sebagai pilihan. Meski demikian, material tradisional tersebut tidak selalu memberikan kinerja baik dibandingakan FRP (Fibre-Reinforced Polymer).

Pemilihan material sangat kritis dalam industri karena dapat memperkuat atau merusak proyek yang sedang Anda kerjakan. Anda mungkin berpikir bahwa material seperti kayu, baja dan aluminium sudah cukup baik. Tetapi, ada beberapa konsekuensi, tertutama tentang dampak yang mungkin dihadapi. 

Sebagai contoh, material untuk tangga di gudang penyimpanan gabah kering tentu akan berbeda dengan yang ada di area memiliki banyak kandungan cairan yang basah dan korosif.

Oleh karena itu, FRP muncul sebagai solusi yang bisa digunakan pada jenis kedua jenis proyek. FRP adalah material komposit yang terdiri dari resin plastik dan serat kaca tipis yang disebut fiberglass. 

Kombinasi ini menghasilkan material yang kuat, tahan lama, dan dapat berfungsi dalam kondisi apapun. FRP banyak digunakan di industri dirgantara, otomotif, dan maritim.

Mungkin Anda merasa asing terhadap FRP. Jika ingin mengetahui lebih lanjut, ikuti artikel ini untuk mengetahui perbedaan antaran FRP dan material tradisional seperti kayu, baja dan aluminium dalam pengerjaan proyek.

Mengenal Keunggulan FRP Dibanding Bahan Tradisional

Dalam praktiknya, FRP dipertimbangkan sebagai pengganti komponen dari beton dan baja. Mengapa demikian? Ini karena karakteristik FRP adalah ringan, tidak korosif, dan punya kekuatan spesifik tinggi, serta kemampuan penyesuaian.

Beberapa orang sering mempertimbangkannya sebagai konstruksi baru. Ketahanan FRP tidak lagi diragukan. Ini tampak berbeda dengan bahan tradisional yang selalu memiliki memiliki kelemahan dalam biaya perawatan yang lebih tinggi. 

Di sisi lain, material konvesional juga kurang memiliki fleksibilitas sehingga penggunaannya tidak dapat dipakai pada berbagai kondisi. Beberapa di antara bahan tersebut rentan terhadap korosi. Terutama, ketika beradai di lingkungan yang mendapat paparan dari elemen ekstrem. 

Tentu, setiap bahan punya kelebihan dan kekurangan. Tetapi, FRP boleh dikatakan melengkapi kekurangan material-material konvensional. Selengkapnya, mari mengenal perbedaan FRP dan material konvesional berikut ini:

FRP vs Kayu

Kayu sering menjadi plihan karena bahannya yang tidak konduktif. Akan tetapi, memiliki kekuatan jauh di bawah FRP. Bahan ini juga tidak juga tidak bisa bertahan dalam lingkungan keras.

Jika berbicara soal biaya, maka material ini hanya unggul saat biaya awal. Sementara itu, FRP memiliki keunggulan fitur yang jauh lebih kuat dibanding kayu. Materialnya cocok untuk lingkungan yang tidak dapat dipenuhi oleh material kayu.

FRP vs Serat Karbon

Orang sering berpikir menggunkan serat karbon karena kekuatannya yang tidak tertandingi. Akan tetapi, struktur serat karbon sangat kaku. Biaya yang dikeluarkan juga akan sangat mahal. Sedangkan FRP sudah memiliki kekuatan yang sebanding dengan FRP dana tentu saja FRP tidak konduktif dan tahan korosi.

FRP vs Aluminium

Aluminium memiliki kekuatan yang sangat rendah dan rentan terhadap benturan. Di sisi lain, bahan ini sangat konduktif dan mudah pecah atau berubah bentuk. Hal ini tentu berbeda dengan FRP yang menawarkan kelenturan dan kekuatan yang lebih andal untuk aplikasi serupa.

FRP vs Baja

Baja sangat konduktif dan rentan terhadap korosi saat terpapar elemen tertentu. Memang, material baja punya kekuatan. Akan tetapi, spesifikasi tersebut juga terpenuhi pada FRP karena memiliki kekuatan yang jauh lebih baik untuk aplikasi menantang dan benturan.

Hubungi Kami